Lentera Insan Child Development and Education Center

Selasa, 26 Agustus 2008

SEMUA ANAK ADALAH JENIUS

“Semua anak terlahir jenius, dan kita menghabiskan 6 tahun pertama dalam kehidupan mereka untuk menghambat kejeniusan mereka.” (Buckminster Fuller)

Dalam dunia komputer, media penyimpanan atau harddisk yang baru diproduksi dari pabrik dengan jenis dan kapasitas yang sama, akan memiliki segala potensi yang sama. Seiring berjalannya waktu, harddisk tersebut mengalami pengalaman yang berbeda-beda tergantung pada kebiasaan penggunanya. Ada harddisk yang diisi dengan data-data untuk keperluan bisnis, ada harddisk yang hanya sebagai tempat penyimpanan game, ada juga yang isinya masih tetap kosong seperti baru. Setelah harddisk-harddisk itu diisi file yang berbeda-beda oleh penggunanya, barulah masing-masing harddisk itu menjadi berbeda yang satu dengan yang lainnya.
Otak anak-anak menyerupai harddisk tersebut ketika baru dilahirkan. Allah mengkaruniai otak yang relatif sama bagi semua orang, bahkan ada yang mengatakan potensinya tak terbatas. Orang yang sangat jenius seperti Einstein saja diperkirakan baru menggunakan potensi otaknya sebesar dua persen, apalagi orang-orang pada umumnya.

Pengalaman yang dialami oleh masing-masing anak tersebut dalam menjalani kehidupannya akan berpengaruh besar pada percepatan atau perlambatan proses pemanfaatan otaknya. Anak-anak yang masa kecilnya kaya akan pengalaman tentang berbagai hal, akan memicu stimulus bagi otaknya untuk terus berkembang. Sebaliknya anak-anak yang masa kecilnya penuh dengan larangan-larangan tentang berbagai hal, akan mematikan potensi otak anak tersebut.
Banyak dari kita yang secara sadar maupun tidak sadar memberikan berbagai label negatif pada anak, seperti, anak saya lemah di matematika, anak saya kalau pelajaran menghafal susah hafalnya, anak saya pinternya cuma main game, dan masih banyak contoh-contoh label negatif yang sering kita lekatkan pada anak-anak kita.
Sesungguhnya, anak yang diberi label lemah dalam matematika, bisa jadi pada kenyataannya dia tidak seratus persen ‘lemah dalam matematika’ seperti yang dikatakan orang tuanya, misalnya mungkin saja dia tahu jumlah mainan yang dia dapat ketika ultah, dia bisa membagi sepotong pizza untuk dimakan satu keluarga, dan keterampilan matematika sehari-hari lainnya. Label negatif yang dilekatkan pada si anak, akan mematikan stimulus ke otaknya, dan seiring berjalannya waktu label tersebut akan menjadi kenyataan. Adam khoo dalam bukunya I am Gifted, So Are You ! menceritakan pengalamannya ketika dia divonis menjadi murid dalam kategori bodoh, yang harus berpindah-pindah sekolah karena beberapa kali dikeluarkan dari sekolah, tetapi setelah menemukan strategi belajar yang tepat berhasil menjadi satu persen mahasiswa terbaik dari universitas paling top.
Adam bukanlah anak ‘bodoh’ yang tiba-tiba menjadi jenius, dia adalah anak yang terlahir jenius, seperti semua anak lainnya, tetapi dia diberi label sebagai ‘anak bodoh’ sehingga seiring berjalannya waktu, dia percaya bahwa dia bodoh, dan akhirnya berperilaku seperti anak bodoh. Syukurlah, Adam menemukan kembali kejeniusan dalam dirinya, dan membuktikan kepada lingkungannya bahwa label yang diberikan tidak benar. Allah telah menciptakan kejeniusan dalam setiap anak yang dilahirkan, tugas kita lah untuk memberikan berbagai pengalaman penuh tantangan yang aman untuk menstimulus otak-otak mereka agar bisa memunculkan kejeniusan dalam diri mereka, bukan malah menghambat potensi jenius mereka. Insya Allah..

by : Ayah (Alfi & Dafa) Irvan - TB B -TK B

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda